SHOLAWAT BADAR DAN SHOLAWAT NARIYAH

Membaca sholawat nariyah adalah salah satu amalan yang disenangi oleh orang – orang NU, disamping amalan – amalan lain semacam itu. Ada sholawat “thibbil qulub”, ada sholawat “tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cinta kepada Rosulullah SAW sekaligus beribadah.

Salah satu hasidt yang sangat popular yang membuat kita rajin membaca sholawat ialah bahwa Rasululloh SAW bersabda (artinya) : Siapa membaca shalawat untukku, Alloh akan membalasanya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. . Makanya, bagi orang – orang Nu, setiap kegiatan keagamaan biasa disisipi dengan sholawat dengan segala ragamnya. Salah satu yang sangat popular adalah “ sholawat badar”. Hampir semua warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan bisa melantunkan sholawat badar. Bahkan sangking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal sholawat badar. Beberapa pertemuan partai politik ‘orang lain’ sudah sering dibacakan sholawat badar, Cuma sayang sekarang banyak orang melakukan demonstrasi juga melantunkan sholawat badar.

Nah, sholawat ang satu ini, sholawat nariyah, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Alloh. Dan sholawat nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya. Orang boleh saja menuduh bid’ah, musyrik, dsb, tetapi bagi warga Nu sholawat merupakan kebiasaan untuk mendekatkan cinta Rosul dan cinta Alloh.

Berikut ini arti dari bacaan sholawat nariyah :

Ya Alloh, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan kemi terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didamba serta khusnul khotimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkankepad keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua ang diketahui oleh Engkau.

Dari kitab Khizinatul Asror (hlm. 179) dijelaskan, “salah satu sholawat yang mustajab ialah Sholawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Sholawat Nariyah karena jika merka (umat islam) mengharapkan apa yang cita-citakan, atau ingin menolak yang tidak dinginkan mereka berkumpl dalam suatu majelis untuk membaca sholawat nariyah sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat (bi idznillah).

( oleh : KH Munawir Abdul Fatah ) ## di salin dari Buletin Al-Jam’iyah edisi 06 : Mei 2009 PW NU DIY ##

3 Tanggapan so far »

  1. 1

    kabul sanyoto said,

    , kata ” Shalawat ” berasal dari kata ” Shollaya” yang berarti ” Hubungan,Komunikasi”, sedangkan kata ” Doa” berasal dari kata ” Da ‘a” yaitu Seruan ,,ajakan, ” Shalawat memang bentuk jamak dari kata ” Sholat”, berarti ” Selalu berhubungan “, jadi ” Shalawat ” bukan saja berarti doa,tetapi juga hubungan timbal balik antara khalik dan makhluknya. Contoh kalimat ” Sholatullah salamullah ‘ala thoha habibillah ” yang berarti Komunikasi Allah, damai Allah terhadap kekasih Allah. bukan berarti Doa Allah , Doa memang adalah ungkapan peraasaan hamba Nya kepada Sang Khalik , sedangkan Shalawat adalah komunikasi timbal balik antara khalik dan makhluknya., bentuk shalawat Allah kepada hambaNya yaitu Kasih Nya,bimbingan Nya, senantiasa terus hingga kerajaan Surgawi, sedangkan Shalawat kepada nabi adalah adalah suatu pernyataan hubungan pengikut nya kepada nabi, melalui pernyataan ungkapan dalam untaian kata ” Allahumma sholly ‘ala Muhammad ” yang berarti ” Allahumma hubungkan lah kepada Muhammad,shalawat adalah ungkapan rasa kontak kepada beliau

    bacaan sholawat nariyah :

    Ya Alloh, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan kemi terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didamba serta khusnul khotimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkankepad keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua ang diketahui oleh Engkau.
    ——————————————————

    ” Sholawat ” bukan saja untuk nabi Muhammad saja tetapi juga untuk ” orang yang beriman “Al Qur an surat Al Baqaroh ayat 157 :
    ” Mereka itulah orang orang yang mendapatkan ” Sholawat” dari Robb mereka dan rahmat dan mereka itulah mendapatkan Petunjuk (Hidayah)”

    #
    Ya Alloh, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan kemi terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didamba serta khusnul khotimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkankepad keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua ang diketahui oleh Engkau.
    ——————————————————————————————————-

    terjemahan yang lebih tepat adalah :
    ” Allahummashollatan kamilah artinya ” Hubungkan lah ya Allah secara sempurna
    Assalamu’ ala sayiddina Muhammad – Salam Damai atas junjungan kami Nabi Muhammad
    dst..
    Dengan ” Shalawat ” kita mengikatkan hubungan kita kepada nabi Muhammad khususnya,dan kepada seluruh para nabi.jadi bukan mendoakan nabi., seperti yang diungkapkan dalam shalawat Ibrahimiyyah.
    ” Allahumma Sholly ‘ alaa Muhammad – Ya Allah hubungkanlah kepada Nabi Muhammad
    wa ‘ ala ali Muhammad- dan kepada keluarga Muhammad
    ” kamaa sholayta ‘alaa Ibrahim wa ‘ala ali ibrohim- sebagaimana Engkau telah menghubungkan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
    ” Wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali muhammad- Dan berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad .
    ” Kamaa barokta ‘ala ibrohim wa ‘ala ali ibrohiim- Sebagaimana Engkau telah meberkati Ibrahim dan keluarganya ……,
    Jadi Shalwat juga menghubungkan ummat Allah kepada Ibrahim dan keturunannya termasuk di dalamnya para nabi keturunan Ibrahim ( Musa,Isa,Daud dll)

  2. 2

    ibnu kabul said,

    bacaan shalawat memang banyak yang ditulis oleh para ulama. Shalawat Ibrahimiyah yang merupakan bacaan utama pada waktu kita mengucapkan shalawat dalam sholat karena itu merupakan ” Ungkapan Nabi Muhammad” atas kecintaan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Ibrahim

  3. 3

    Aqil Azizi said,

    Banyak sekali orang NU yang meyakini bahwa shalawat Nariyah adalah shalawat yang berasal dari seorang sahabat Nabi yang bernama Syaikh Nariyah, termasuk saya dulu. Benarkah?

    Benarkah Pengarang Shalawat Nariyah adalah seorang sahabat Nabi?

    Dalam sebuah tulisan di internet, disebutkan:

    Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi.

    Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.

    Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu.

    Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat. (http://www.indospiritual.com)

    Kesimpulan, pengarang Shalawat Nariyah konon seorang bernama Syekh Nariyah, dan dia. termasuk Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga oleh beliau.

    Sebagai seorang Muslim mestinya tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan padanya, tanpa klarifikasi dan penelitian, apalagi jika berkenaan dengan permasalahan agama.

    Sekurang-kurangnya ada dua poin yang perlu dicermati dari cerita di atas :
    1. Benarkah ada Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Syekh Nariyah ?
    2. Dimanakah sumber kisah tentang Sahabat tersebut ? Dan adakah sanad (mata rantai periwayatan) nya ?

    Adapun berkenaan dengan poin pertama, perlu diketahui bahwa biografi para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian ekstra dari para Ulama Islam. Begitu banyak kitab yang mereka tulis untuk mengupas biografi para sahabat. Ada referensi yang ditulis untuk memaparkan biografi para sahabat beserta para Ulama sesudah mereka hingga zaman penulis, adapula referensi yang ditulis khusus untuk menceritakan biografi para sahabat saja. Diantara contoh model pertama : Hilyatul Auliya’ karya al-Hafizh Abu Nu’aim al-Asfahani (336-430 H) dan Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Abul Hajjaj al-Mizzi (654-742 H). Adapun contoh model kedua, seperti : a1-Isti’ab fi Ma’rifati1 Ash-hab karya al-Hafizh Ibn ‘Abdil Bar (368-463 H) dan al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani (773-852 H).

    Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ??

    Sebenarnya, orang yang sedikit terbiasa membaca kitab Ulama, hanya dengan melihat nama tersebut beserta ‘gelar’ syaikh di depannya, akan langsung ragu bahwa orang tersebut benar-benar Sahabat Nabi. Karena penyematan ‘gelar’ syaikh di depan nama Sahabat -sepengetahuan kami- bukanlah kebiasaan para Ulama dan juga bukan istilah yang lazim mereka pakai, sehingga terasa begitu janggal di telinga.

    Kesimpulannya : berdasarkan penelaahan kami, tidak ada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Syekh Nariyah. Jadi penisbatan shalawat tersebut terhadap, Sahabat sangat perlu untuk dipertanyakan dan amat diragukan keabsahannya.

    Adapun poin kedua, amat disayangkan penulis makalah di internet tersebut tidak menyebutkan sanad (mata rantai periwayatan) kisah yang ia bawakan, atau minimal mengisyaratkan rujukannya dalam menukil kisah tersebut. Andaikan ia mau menyebutkan salah satu dari dua hal di atas niscaya kita akan berusaha melacak keabsahan kisah tersebut, dengan meneliti para perawinya, atau merujuk kepada kitab aslinya. Atau barangkali kisah di atas merupakan dongeng buah pena penulis tersebut ? Jika, ya, maka kisah tersebut tidak ada nilainya; karena kisah fiksi, alias kisah yang tidak pernah terjadi !

    Amat disayangkan, dalam hal yang berkaitan dengan agama, tidak sedikit kaum Muslimin sering menelan mentah-mentah suatu kisah yang ia temukan di sembarang buku dan internet, atau kisah yang diceritakan oleh tetangga, teman, guru dan kenalan, tanpa merasa perlu untuk mengcrosscek keabsahannya. Seakan-akan kisah itu mutlak benar terjadi! Padahal kenyataannya seringkali tidak demikian.

    Untuk memfilter kisah-kisah palsu dan yang lainnya, Islam memiliki sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain, yaitu : Islam memiliki sanad (mata rantai periwayatan). Demikian keterangan yang disampaikan Ibn Hazm (384-456 H) dalam al-Fishal (Lihat, al-Fishal fi Al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal (2/221).) dan Ibnu Taimiyyah (661-728 H).( Lihat, Majmu’ al-Fatawal (1/9).)
    Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak (118-181 H) pernah berkata, “Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam mukadimah Shahihnya (1/15))

    (Dinukil dari majalah As-Sunnah edisi 06/Thn. XIV/Dzulqa’dah 1431H/Oktober 2010)

    Maka, barangsiapa yang mengatakan bahwa Shalawat Nariyah adalah shalawat bikinan shahabat Nabi, hendaknya dia menunjukkan bukti yang bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan agama.


Comment RSS · TrackBack URI

Tinggalkan Balasan ke kabul sanyoto Batalkan balasan